TEMPO Interaktif, Jakarta - Perayaan Idul Fitri tahun ini yang kemungkinan akan dirayakan pada hari berbeda oleh umat Islam di Indonesia, mendapat tanggapan dari sejumlah kalangan. Salah satunya, peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Jamaluddin. Dia menilai seharusnya tidak perlu ada perbedaan penentuan tanggal satu syawal.
Rukyatul hilal untuk menentukan 1 Ramadhan 1430 Hijriyah, di Pantai Ambat, Tlanakan, Pamekasan, Madura, Jatim, Kamis (20/8). Awal Ramadhan jatuh pada hari Sabtu, 22 Agustus 2009, atau menunggu kepetusan pemerintah. ANTARA/Saiful Bahri
Menurut Thomas, dengan kecanggihan teknologi yang kini dimiliki LAPAN dan Institut Teknologi Bandung, seharusnya bisa ditemukan kesamaan dalam penentuan rukyat maupun hisab. Dengan bantuan teknologi yang terus berkembang, kata dia, kedua cara penentuan penaggalan Islam ini bisa diperhitungkan dengan lebih tepat.
"Prinsipnya tetap, penentuan satu syawal ditentukan berdasarkan pengamatan hilal (kemunculan bulan)," ujar Thomas saat dihubungi, Ahad 28 Agustus 2011.
Perbedaan penentuan hilal, menurut Thomas terjadi karena masih ada organisasi yang menggunakan cara lama yang disebut wujudul hilal. Cara ini hanya melihat apakah bulan sabit pertama sudah tampak di ufuk. Padahal, penampakan saja tidak cukup. Untuk bisa disebut rukyat jatuh, kata dia, kalau ketinggiannya sudah di atas dua derajat.
"Berdasar pengalaman sebelumnya, tidak mungkin ada rukyat pada ketinggian di bawah dua derajat," kata dia.
Cara penentuan lainnya adalah dengan menggunakan penghitungan atau hisab. Namun masih banyak organisasi Islam yang tidak mempercayai keakuratan penghitungan melalui hisab ini. Padahal, kata Thomas, dengan perkembangan sains dan teknologi, penentuan hilal melalui metode hisab dapat dilakukan dengan lebih terukur. “Sudah ada software yang bisa menentukan hilal ini dan mendapatkannya juga mudah.”
Dengan perkembangan teknologi inilah, Thomas berpendapat seharusnya proses penentuan hilal bisa lebih sederhana. Penentuan hilal pun bisa dilakukan dengan mengkombinasikan pola hisab dan rukyat. “Dua-duanya sama dan bisa dilakukan bersamaan.”
Selama ini dalam menentukan hilal, LAPAN selalu bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung dan berkoordinasi dengan Kementerian Agama serta Kementerian komunikasi dan Informasi. “Kami juga bekerjasama dengan ormas-ormas Islam lainnya dalam menentukan hilal," kata Thomas.
0 komentar:
Post a Comment